Pertengkaran yang terjadi antara kedua negara ini masih terus berlanjut sampai dengan sekarang, dan belum menemukan titik temu yang di mana mereka bisa berdamai kembali. Karena sampai dengan sekarang konflik yang terjadi diantara kedua negara tersebut semakin keruh dan memanas. China terus bersikukuh bahwa daerah Taiwan merupaka bagian dari China tetapi Taiwan memberikan pernyataan bahwa Negara Taiwan sudah menjadi negara yang tenang dan merdeka dengan cara mereka sendiri. Li Zuocheng selaku Kepala Departemen Staf Gabungan dan Anggota Komisi Militer Pusat yang akan segera memberikan penegasan untuk menghancurkan, dengan kata lain akan melakukan tindakan yang separatis.
Li Mengucapkan bahwa, “Kami tidak berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan, untuk menstabilkan dan mengendalikan situasi di Selat Taiwan,” *.
Maksud dari apa yang sudah ungkapkan Li, bahwa dengan tegas akan melakukan tindakan separatis, bila dilihat dari sudut pandang orang Taiwan bahwa tindakan tersebut merupakan sebuah kedaulatan rakyat juga pelaksanaan demokrasi. Terlepas dari masyakat Taiwan mau itu dari masyarakat asli Taiwan atau masyarakat yang berasal dari imigran baru tetap mempunyai narasi yang berbeda sebab menitik beratkan pada sejarah yang ada. Dengan segala upaya dari negeri tirai bambu tersebut, untuk mengungkapkan pernyataan bahwa Vietnam adalah bagian dari Cina. Tetapi Vietnam tetap teguh terhadap pendiriannya sendiri, sebagai negara yang sudah merdeka yang memiliki identitasnya tersendiri. Yang di mana tentunya tidak terikat apapun dengan Cina.
Ancaman – ancaman yang diberikan oleh Cina kepada Vietnam agar dapat mengakui bahwa wilayah mereka merupaka bagian dari Cina, tidak boleh dianggap sebagai ancaman yang main – main belaka. Sehingga Vietnam harus berhati – hati dan juga waspada dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, atas apa yang sudah mereka teguhkan bahwa negara Vietanam sudah menjadi negara yang merdeka dan juga memiliki identitasnya tersendiri yang tidak terikat dengan Cina.
Dari sini negara – negara barat memberikan kritikan kepada Cina atas keagresifannya, tapi justru inilah yang akan membuat Beijing semakin menjadi – jadi. Untuk negara Amerika Serikat mereka tetap dengan rencana yang sudah mereka miliki dengan tetap melewati Laut Cina Selatan, sedang Pentagon belum mempunyai keberanian jika suatu waktu harus berperang dengan Cina, karena memang risiko itulah yang harus diambil oleh suatu negara jika sudah berurusan dengan Cina.
Jika dilihat – lihat dari sisi otoritas komunis di Cina yang memang terbuka, membuat AS dan juga Taiwan memiliki spekulasi bahwa Beijing memiliki dampak yang akan membahayakan untuk negara mereka. Sehingga AS memberikan izin kepada negara Taiwan untuk mempunyai senjata nuklir. Agar bisa berjaga – jaga bila suatu hal yang buruk terjadi, jadi mereka sudah memiliki persiapan terlebih dahulu. Melihat dari siatusi yang semakin memanas diantara ke dua negara tersebut membuat Taiwan harus memiliki langkah yang lebih lanjut.
Ditambah lagi saat itu Taiwan dituduh sudah mengirimkan mata – mata kepada Cina, yang memberikan kembali masalah pada Taiwan dari kampanye tuduhan mata – mata yang secara langsung diberitakan di televisi pemerintah. Dari Taiwan sendiri memberikan pernyataan bahwa itu merupaka jebakan yang sudah dibuat oleh negara Cina.
Pemimpin dari Taiwan sendiri sudah mengucapkan bahwa negaranya tidak mungkin terbawa alur yang sudah diciptakan oleh negara Cina.